Senin, 08 Desember 2014

KOMPENSASI BBM: Pemegang Jamkesmas Pulang Dengan Tangan Hampa

 

Tri Rahayu
Terik matahari yang cukup menyengat tak menyurutkan usaha warga berbondong-bondong datang ke Kantor Pos Besar Gladag, Solo, Sabtu (22/11) siang. Seorang nenek-nenek pun terpaksa menunggu di becak yang diparkir di depan pintu masuk kantor pos yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman itu. Perempuan jompo itu harus ikut ke kantor pos untuk mengambil sendiri jatah kompensasi bahan bakar minyak (BBM) senilai Rp400.000 rumah tangga sasaran (RTS) itu.
Ruang depan loket pelayanan kantor pos sudah dipadati ratusan warga. Hari itu, para petugas kantor pos harus melayani pembayaran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) bagi 1.190 RTS dari RW 006 hingga RW 023 Kelurahan Semanggi. Warga duduk berjajar sesuai antrean. Pelayanan pembayaran dana PSKS itu dipisahkan dengan pelayanan surat menyurat.
Situasinya agak berbeda di sudut timur laut ruang yang menghadap ke selatan itu. Tampak seorang Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Pasar Kliwon, Asmuni, sibuk meladeni puluhan warga yang antre mengadu. Aduan yang diterima Asmuni membeludak yang didominasi aduan kehilangan Kartu Perlindungan Sosial (KPS).
Di sela-sela pelayanan aduan itu, ada seorang perempuan separuh baya menyela bertanya. M. Primaningsih, demikian nama janda beranak dua itu. Ningsih, sapaan akrabnya, mengeluh kepada TKSK karena tidak menerima KPS pada tahun ini. Ia datang dengan menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (jamkesmas) warna biru muda yang berukuran sama dengan KTP.
“Tahun lalu, saya dapat BLM [bantuan langsung masyarakat], tapi kenapa tahun ini saya tidak dapat? Saya ini janda yang bekerja sebagai buruh pengrajin kok dengan upah tak pasti. Saya kan punya jamkesmas. Ya, lucu, saya malah tidak dapat kartu kuning itu [KPS]. Kartu jamkesmas ini yang saya gunakan untuk mengambil BLM,” keluh warga asal RT 002/RW 016 Semanggi, Pasar Kliwon itu.
Ia hanya bisa pasrah dan rela pulang dengan tangan hampa karena tidak bisa membuktikan namanya masuk dalam database penerima PSKS. Ia kecewa dengan kebijakan pemerintah atas tindakan tidak adil yang diberikan kepadanya. Ia yang merasa sebagai warga miskin ternyata tidak mendapat perlakukan yang sama seperti warga miskin lainnya.
Asmuni tak bisa berbuat banyak. Ia memilih angkat tangan atas keluhan Ningsih. Asmuni hanya melayani warga yang benar-benar bisa menunjukkan KPS asli. Para warga yang mengaku kehilangan KPS pun hanya dilayani dengan memberi rekomendasi, tetapi tidak berani menjamin bisa mencairkan dana PSKS itu.
Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba hadir seorang lelaki bertubuh agak pendek dan kurus. Parlan Budiono, 40, demikian nama warga RT 002/RW 023 Semanggi, yang juga datang mengadu ke TKSK Pasar Kliwon. Pedagang mi ayam itu berkisah tentang proses pembagian KPS dari kantor pos beberapa waktu lalu.
“Begini Pak. Beberapa waktu lalu ada petugas kantor pos mencari nama Parlan selama dua hari tidak ketemu karena warga tidak mengetahuinya. Warga, termasuk Pak RT baru tahu kalau nama Parlan yang dicari itu adalah saya. Pak RT dan sejumlah warga meminta saya untuk memohon KPS itu ke kantor pos,” kisah dia.
Parlan menyatakan sebenarnya pihaknya berhak atas KPS berdasarkan informasi dari warga dan ketua RT setempat. Atas dasar itu, Parlan meminta bantuan kepada TKSK untuk mengecek namanya pada database di kantor pos.
“Saya yakin nama saya ada di data itu. Tolong ya Pak! Soalnya ada tetangga yang punya rumah bertingkat dan mobil ternyata masih dapat bantuan siswa miskin. Sedangkan anak saya yang hanya anak pedagang mi ayam keliling tidak dapat bantuan itu” ucap Parlan.
Lagi-lagi, Asmuni tak bisa menjanjikan apa-apa. Ia hanya bisa mencatat nama Parlan dalam buku rekapitulasi aduan PSKS yang nantinya menjadi bahan koodinasi dengan kantor pos.

0 komentar:

Posting Komentar