Minggu, 18 Januari 2015

Area Parkir Masjid Agung Jadi Rebutan Pedagang Pasar Klewer


Tri Rahayu
Mangkuk berisi kuah bakso segera diletakkan Sriyatun, 42, di trotoar begitu melihat mobil berpelat merah parkir di Alun-alun Utara (Alut) Keraton Surakarta Hadiningrat. Karyawan Kios Mariza itu buru-buru mengusap mulutnya. Dengan senyum sopan, Sriyantun menyapa Wakil Ketua DPRD Solo, Umar Hasyim, yang ingin mengetahui kondisi pedagang Pasar Klewer, Selasa (13/1) siang.
Mangga, Pak!” sapa Atun, sapaan akrabnya. Dia duduk di kursi plastik bersama Datiyah, 43, rekan kerjanya. Di belakangnya terdapat mobil hitam berisi dagangan. Mereka karyawan yang bekerja di kios CC 62, 93, 102 Pasar Klewer milik pedagang asal Wedi, Klaten, Hj. Sriyani. “Maaf, yang punya kios tidak di sini. Kami hanya karyawannya,” kata Atun.
Atun dan Datiyah tak biasa parkir di Alut. Setiap hari lokasi berjualan mereka pindah-pindah. Selain di Alut, mereka sering mangkal di area parkir sisi utara depan Masjid Agung. Mereka kerepotan mencari tempat parkir yang strategis untuk menjajakan dagangan. Mereka terpaksa jemput bola mencari pelanggan secara bergantian agar barang dagangan majikan mereka laku.
“Kalau mau parkir di depan masjid harus antre sejak pukul 21.00 WIB. Kami pernah masuk pukul 3.30 WIB dinihari. Area parkir itu sudah penuh. Untuk masuk ke sana [area parkir] harus sik-sikan [adu cepat]. Mobil-mobil di sana sudah dijaga sopir atau penjaga lainnya hingga tiba pagi,” ujar Atun.
Juragan Atun juga menyewa kios di Pusat Grosir Solo (PGS). Kios di pasar itu digunakan untuk gudang. Para pelanggannya enggan datang ke PGS. “Pelanggan di sekitar Alut saja kadang tidak mau mendekat. Apalagi di PGS. Kami harus mengejar para pelanggan dengan membawa nota kosong. Kalau enggak begitu ya tidak laku,” ujar dia.
Para pedagang ditarik retribusi parkir Rp20.000/hari per mobil. Tarif parkir itu berlaku di Alut dan area parkir depan Masjid Agung. Padahal tarif parkir sebelum musibah kebakaran Pasar Klewer hanya Rp5.000/hari per mobil.
Area parkir depan masjid paling diminati pedagang. Mereka berebut tempat sejak pukul 22.00 WIB. Puluhan pedagang bermobil berjejal di tempat itu. Jarak antarmobil cukup sempit, tidak bisa untuk bersimpangan dua orang. Hujan yang menguyur Solo membuat banyak genangan air. Mereka hanya berteduh di bawah payung atau tenda kecil saat hujan. “Kalau hujan ya kehujanan. Kalau panas ya kepanasan,” keluh Endah, pemilik kios L-5 Pasar Klewer.
Para pedagang di lokasi itu harus mengeluarkan tambahan retribusi Rp2.000/ hari untuk petugas kebersihan. Pedagang masih merogoh kocek mereka lagi untuk tip penjaga keamanan mobil pedagang yang parkir sejak pukul 22.00 WIB. Tip itu disesuaikan dengan lokasi parkirnya. Semakin dekat ke jalan, nilai tipnya semakin besar.
“Nilai tipnya bervariasi, tergatung kerelaan pedagang. Tip keamanan itu minimal Rp10.000/malam. Kami biasa antre sejak pukul 21.00 WIB. Yang penting mobil bisa masuk dulu. Kemudian ditinggal pulang. Baru datang lagi pada waktu Subuh,” kata Adi, pemilik kios CC-50 Pasar Klewer.
Banyak pedagang seperti Adi di lokasi parkir itu. Mereka mengeluh dengan pengelolaan parkir. Mereka iri dengan pengelola parkir di lokasi sisi selatan. Sebanyak 90-an pedagang yang jualan di area parkir selatan depan Masjid Agung. Jumlah dan pedagangnya tetap, tidak pernah berubah. Tarif parkirnya hanya lebih mahal Rp6.000/hari per mobil.
“Saya dulu mau masuk ke tempat parkir selatan, tapi tidak boleh. Pedagang di sana sudah mendapat nomor tetap. Kalau di sini [area parkir utara] tidak tetap. Kadang pedagang luar kota masuk juga di parkir ini. Kami tak berani menegur. Yang penting bisa berjualan,” ucap Andre, pemilik kios BB 36 Pasar Klewer.
Andre menginginkan pengelolaan parkir sisi utara diorganisasi seperti sisi selatan. Dia merasa berusaha sendiri. Himpunan pedagang dianggap Andre belum sepenuhnya bisa mengatur pedagang di area parkir utara.
Wakil Ketua DPRD Solo, Umar Hasyim, heran dengan pengelolaan tempat parkir yang berbeda. Umar tak bisa berbuat banyak. Dia berharap pengelolaan tempat parkir bisa fair dan tidak perlu ada pembatasan pedagang tertentu. “Lokasi yang terbatas dengan jumlah pedagang yang banyak membuat banyak pedagang iri. Siapa cepat mereka yang dapat, itu lebih fair. Saya kira biarkan berjalan alami saja,” tutur dia.
Dia menyarankan para pedagang bersabar menunggu proses pembangunan pasar sementara. Umar meminta pedagang percaya kepada Pemkot Solo yang berusaha maksimal mempercepat pembangunan pasar sementara, sekaligus segera membuka kios Pasar Klewer timur. “Besok [hari ini], kami akan ke Jakarta untuk konsultasi terkait aturan dalam penggunaan APBD dalam kondisi darurat. Semoga masalah pedagang bisa cepat selesai,” harapnya.




0 komentar:

Posting Komentar