Aksi Pemilu Damai

Para anggota dan staf Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Solo mengadakan aksi galang tanda tangan untuk mewujudkan pemilu legislatif (Pileg) 2014 yang damai di Hotel Dana, Jl. Slamet Riyadi, Solo, Maret 2014

Pacuan Kuda

Tiga orang remaja memacu kudanya tanpa menggunakan pelana dan pedal dalam lomba pacuan kuda.

David S. Broder

Seorang wartawan Washington Post yang menulis buku berjudul "Berita di Balik Berita" yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan di Jakarta, 1996 lalu.

Roger Mudd

Seorang wartawan senior Amerika Serikat yang malang melintang di dunia jurnalistik sejak tahun 1980-an.

Protes Pendirian Tower

Puluhan warga Mojosongo menggelar aksi unjuk rasa menolak perpanjangan izin operasional tower di Kampung Debegan, Mojosongo, Jebres, Solo, 2013 lalu. Mereka meminta pengelola tower telekomunikasi itu dirobohkan karena izinnya sudah habis.

Kamis, 14 April 2016

Panama Papers dan Jurnalisme Masa Depan


Pengungkapan dokumen Panama Papers disebut-sebut sebagai salah satu jurnalisme masa depan. Dua wartawan Jerman dari Harian Sueddeutsche Zeitung berada di belakang pengungkapan skandal "Panama Papers". Mereka mengaku terkejut atas dampak global dari pembocoran dokumen itu. Keduanya lalu menjanjikan pengungkapan yang lebih sensasional lagi. "Saya tidak pernah membayangkan muncul reaksi seperti itu sampai disiarkan oleh seluruh saluran televisi dan kami menerima permintaan media dari seluruh dunia," kata satu dari dua wartawan itu, Bastian Obermayer, 38, kepada AFP.
Seorang sumber anonim menyebut harian terbesar kedua di Jerman itu menerima 11 juta dokumen milik firma hukum Panama Mossack Fonseca yang mengungkapkan transaksi-transaksi keuangan gelap yang melibatkan banyak orang kaya dan berkuasa di dunia. Harian liberal ini membagi jutaan dokumen bocor itu dengan sebuah konsorsium beranggotakan ratusan wartawan investigatif yang menambang gunungan data selama lebih dari setahun.
Pengungkapan dokumen bocor itu menjatuhkan Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson, memaksa mundur seorang pejabat senior UEFA, menerjang Perdana Menteri Inggris David Cameron, dan Presiden Argentina Mauricio Macri. "Kami padahal masih di tengah pembeberan (dokumen-dokumen bocor) itu," kata wartawan satunya lagi, Frederik Obermaier, 32, yang berbicara di kantor pusat surat kabarnya di Muenchen.
"Pada hari-hari mendatang, bakal lebih banyak lagi topik yang menjadi headline besar di banyak negara," kata dia.
Butuh Godam
Dari dokumen-dokumen yang bocor itu, "kami menyaksikan jenis kejahatan yang sama sekali lain. Kami melihat bagaimana kartel-kartel narkoba melakukan pencucian uang, para pedagang senjata terlibat, dan sanksi-sanksi dilanggar. Kkami juga menyaksikan penggelapan pajak," kata Obermayer.
"Andai para politisi sungguh ingin menghentikan ini, mereka harus bertindak sekarang. Kita sungguh memerlukan godam untuk menghancurkan sistem perusahaan offshore," sambung dia seraya menyatakan kebijakan dengan langkah-langkah kecil tidaklah cukup.
Data yang bocor itu memperlihatkan pemerintah-pemerintah berbagai negara mengambil langkah dalam melawan para pengemplang pajak. "Para pengemplang pajak beradaptasi, mereka menemukan cara-cara mengalihkan dan menyembunyikan uang mereka," kata dia.
Koleganya, Frederik Obermaier, berkata lebih tenang, "Saya kira ada banyak hal yang mesti dibahas, namun yang dilakukan pada akhirnya adalah hal yang berbeda."
Kedua wartawan itu mengaku tidak tahu nama narasumber pembocor dokumen. Mereka juga mengaku menerima data perusahaan-perusahaan offshore itu sekitar setahun silam. "Saya tidak tahu apakah dia itu pria atau wanita atau organisasi. Saya tidak tahu identitas orang ini," ujar Obermaier. Namun keduanya mengaku menjadi lebih akrab dengan sang pembocor dokumen.
Demi melindungi narasumber mereka ini, kedua wartawan menolak mengungkapkan apakah si narasumber mengontak mereka kembali atau bagaimana reaksi internasional atas dokumen yang dia bocorkan. Namun kedua wartawan itu memastikan bahwa narasumbernya itu didasari oleh motivasi moral, bahwa si narasumber menginginkan kejahatan-kejahatan itu diungkap luas ke publik. "Narasumber kami jelas telah melihat banyak dari data ini dan menilai harus dipublikasikan," kata Obermaier. Koleganya menandaskan bahwa narasumber mereka menginginkan Mossack Fonseca berhenti beroperasi.
Jurnalisme masa depan
Bastian Obermayer pertama kali dihubungi si narasumber anonim yang menawarkan informasi nan eksplosif itu. Mengenai pilihan narasumber kepada Koran Sueddeutsche, Obermayer berkata, "Kami hanya bisa berspekulasi mengenai alasan mengapa kami yang dihubunginya".
Didirikan di Muenchen setelah Perang Dunia II, Sueddeutsche dipandang sebagai salah satu koran bereputasi tinggi di Jerman, bersama dengan harian konservatif Frankfurter Allgemeine Zeitung, dan nomor dua terbesar dalam hal penjualan setelah Tabloid Bild. Semula menanggapi limpahan dokumen bocor itu dengan skeptis, Obermayer dan kawannya itu kemudian menyadari bahwa dokumen-dokumen awal yang mereka terima adalah dokumen asli.
Setelah itu mereka memutuskan untuk membagi banjir data ini melalui proyek riset besar-besaran bersama para wartawan dari seluruh dunia. "Masa depan jurnalisme terletak pada kerjasama internasional. Kami selalu lebih kuat dengan bekerjasama," kata Obermayer seperti dikutip AFP.
Sumber: Antara/AFP


Rabu, 10 Februari 2016

Tips dan cara menjadi wartawan handal


Tips dan cara menjadi wartawan handal itu cukup mudah kalau mengetahui ilmunya. Bagi kamu yang ingin terjun di dunia jurnalistik tidak perlu harus kuliah di jurusan komunikasi atau publisitik tetapi cukup dengan memahami ritme kerja dan teknik kerja di bidang jurnalistik. Banyak wartawan yang sukses dan meraih penghargaan ternyata bukan alumni komunikasi atau publisitik. Latar belakang pendidikan mereka macam-macam, bahkan ada yang jebolan ilmu statistik.
Bagaimana ritme kerjanya?
Seorang wartawan dituntut bisa menangkap berbagai informasi dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Tidak cukup hanya bisa menulis tetapi juga bisa mencari informasi apa saja yang layak dikabarkan ke publik serta menyesuaikan batasan waktu (deadline). Ritme kerja wartawan tidak mengenal waktu karena harus siap (stand by) selama 24 jam per hari. Kapan pun ada peristiwa, wartawan harus langsung datang ke lokasi. Berikut aktivitas yang dilakukan wartawan setiap harinya
1.       Menyiapkan tema yang akan dicari atau ditulis esok hari.
2.       Mencari bahan terkait tema yang akan ditulis sebagai referensi.
3.       Membuat janjian dengan narasumber atau berencana mencegat narasumber pada suatu waktu/kegiatan tertentu.
4.       Mengembangkan jaringan dengan narasumber mana pun setiap hari, misalnya dengan kepolisian, unit penanggulangan bencana alam, dan instansi lainnya.
5.       Himpun narasumber sebanyak-banyaknya dengan menyimpan nomor telepon, HP, WA, pin BBM, sampai alamat email.
6.       Jangan sekali-kali menerima amplop karena hal itu akan merendahkan martabat dan kredibilitas wartawan.

Bagaimana teknik kerjanya?
Teknik kerja wartawan pada dasarnya terbagi menjadi dua kegiatan, yakni reportase dan penulisan. Reportase merupakan proses menghimpun data baik lisan atau tertulis dan mengumpulkan fakta visual, hasil survei, dan wawancara kemudian diolah dan disusun secara sistematis dengan pendekatan 5W+1H . Sementara teknis penulisan merupakan penyajian data dan fakta secara sistematis dengan rumus piramida terbalik dan pendekatan 5W+1H dalam bentuk tulisan.
Bagi calon wartawan cukup tidak bisa langsung bisa mengikuti teknik kerja wartawan itu. Sejumlah perusahaan penerbitan maintream biasanya memberlakukan program magang bagi para mahasiswa yang ingin belajar teknik menjadi wartawan. Kemudian perusahaan juga membuka training bagi calon wartawan untuk beraktualisasi dengan seleksi alam untuk menjadi wartawan. Biasanya perusahaan penerbitan membutuhkan waktu setahun untuk mengetahui kualifikasi wartawan yang dibutuhkan. Bagi calon wartawan yang tidak memenuhi kualifikasi bisa diputus hubungan kerja sewaktu-waktu.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat guys. Selamat mencoba ya.... (ok)



Senin, 25 Januari 2016

JURNALISME DATA: Mengenal Data dan Jurnalisme Sains



Seorang dosen Universitas Negeri Semarang (Unes) Vitradesie berdiskusi tentang jurnalisme data dan jurnalisme sains dengan para wartawan Solopos, Jumat, 22 Januari 2016. Banyak hal yang disampaikan Desie, sapaan akrabnya, dalam diskusi bertajuk Jurnalisme Data. (baca: terkait) Desie mengistilahkan big data (data besar) atau data yang berasal dari beragam sumber dan memenuhi karakteristik 4 V (volume, velocity, variety, veracity).
Volume adalah ukuran data dalam bentuk soft copy dengan ukuran kilobyte, megabyte, gigabyte sampai terabyte. Variety merupakan ragam data seperti data Internet, transaksi lewat HP, sosial media, transaksi bisnis, survei, pasar keuangan, dan seterusnya. Velocity adalah kecepatan data bisa diakses atau diperoleh dengan memanfaatkan jaringan teknologi, seperti teknologi komunikasi, jaringan, dan teknologi penyimpanan data. Veracity adalah kebenaran data. Data yang diperoleh harus diuji kebenarannya dan sumbernya secara ilmiah seperti berasal dari lembaga pemerintah dan lembaga riset perguruan tinggi.
Sumber data dapat dibagi menjadi lima, public data seperti data survei dari Badan Pusat Statistik (BPS); privat data seperti data keuangan, transaksi dagang, mobile phone, dan seterusnya; Data Exhaust atau data yang diadakan; community data atau data komunitas seperti Twitter, Facebook; dan Self-Quantification data atau personal action. Data-data tersebut bisa dimanfaatkan para jurnalis untuk menyajikan berita dengan akurat dan baik. Data tersebut bisa dimanfaatkan dalam business intelligence.
Business Intelligence adalah sekumpulan teknik dan alat untuk mentransformasi dari data mentah menjadi informasi yang berguna dan bermakna untuk tujuan analisis bisnis. Teknologi BI dapat menangani data yang tak terstruktur dalam jumlah yang sangat besar untuk membantu mengidentifikasi, mengembangkan, dan selain itu membuat kesempatan strategi bisnis yang baru. Tujuan dari BI yaitu untuk memudahkan interpretasi dari jumlah data yang besar tersebut. Mengidentifikasi kesempatan yang baru dan mengimplementasikan suatu strategi yang efektif berdasarkan wawasan dapat menyediakan bisnis suatu keuntungan pasar yang kompetitif dan stabilitas jangka panjang.
Seorang wartawan juga bisa membuat profil seseorang berdasarkan pengolahan data (big data) tanpa harus wawancara langsung kepada narasumber yang bersangkutan. Lewat data tersebut wartawan bisa mengetahi pendapat, kebiasaan, dan tingkah laku seseorang, misalnya hanya dilihat berdasarkan akun Facebook. Namun teknik ini masih diperdebatan secara etika. Selain itu, data juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi tren populasi yang terjadi akhir-akhir ini.
Kelengkapan data bagi wartawan sangat dibutuhkan agar penyajian berita lebih lengkap, kaya data, dan memiliki ruh serta menghindari opini pribadi wartawan. Kelengkapan data inilah yang membedakan antara jurnalis mainstream dan jurnalisme warga. Data harus menjadi keunggulan kompetitif bagi wartawan. Lewat kelengkapan data itu pula seorang wartawan bisa melakukan investigasi dan menggali lebih dalam tentang topik tertentu. Pada akhirnya data menjadi standar baru yang wajib bagi wartawan. Kelengkapan data dalam jurnalistik tidak sekadar memenuhi 5W+1H tetapi bisa ditambah dengan D (5W+1HD).
190 wartawan yang tergabung dalam Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ) menemukan indikasi pungutan pajak gelap untuk para artis dan pejabat di Inggris senilai Rp160 miliar per orang (8 juta pounsterling). Inggris dijuluki sebagai surganya pajak. Mereka menemukan fakta itu berdasarkan data yang mereka temukan. Desie menyebut dalam mengungkap skandal ilegal offshore lintas negara itu, wartawan membutuhkan waktu 15 bulan. Mereka menganalisa 2,5 juta file data dari 65 negara.
Analisa data dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang akurat. Analisis data merupakan proses mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis sekumpulan data untuk mendapatkan informasi dan pola-pola informasi. Informasi yang terpola akan mudah dipahami dan bisa membantu mengidentifikasi persoalan tertentu yang terkandung di dalamnya. Ketika analisis data itu menggunakan kacamata ilmu pengetahuan (sains) tertentu maka hasil analisis itu akan menghasilan pengetahuan (knowledge). Pada tataran yang lebih tinggi pengetahuan yang diperoleh kemudian dipadukan dengan hati nurani akan menghasilkan kebijaksanaan (wisdom).
Jurnalisme Sains
Atas dasar ilmu pengetahuan itu kemudian muncul genre baru dalam ilmu jurnalistik yang disebut dengan Jurnalisme Sains. Genre baru ini dipopulerkan SciDev.net. Jurnalisme Sains adalah jurnalistik yang didasarkan pada ilmu pengetahuan atau riset (yang dilakukan para ahli). Definisi ini masih diperdebatkan apakah berbeda dengan jurnalisme lainnya atau sama hanya topiknya yang berbeda.
Jurnalis yang bekerja berdasarkan data bisa disebut scientist. Data yang disajikan dalam berita bisa lebih cantik bisa disusun berdasarkan urutan terbesar atau terkecil. Data diubah menjadi informasi dan memberi interprestasi berdasarkan hasil riset.

World Federation of Science Journalist (WFSJ) juga mengenalkan jurnalisme sains yang didasarkan pada cara kerja jurnalis berdasarkan ilmu pengetahuan. WFSJ belum mengenalkan jurnalisme sains berdasarkan teknik kerjanya tetapi lebih pada objek jurnalis yang menekankan pada perkembangan ilmu pengetahuan alam dan hubungannya dengan masyarakat.