Tri Rahayu
Mangkuk berisi kuah bakso segera diletakkan Sriyatun, 42, di
trotoar begitu melihat mobil berpelat merah parkir di Alun-alun Utara (Alut)
Keraton Surakarta Hadiningrat. Karyawan Kios Mariza itu buru-buru mengusap
mulutnya. Dengan senyum sopan, Sriyantun menyapa Wakil Ketua DPRD Solo, Umar
Hasyim, yang ingin mengetahui kondisi pedagang Pasar Klewer, Selasa (13/1)
siang.
“Mangga, Pak!”
sapa Atun, sapaan akrabnya. Dia duduk di kursi plastik bersama Datiyah, 43,
rekan kerjanya. Di belakangnya terdapat mobil hitam berisi dagangan. Mereka
karyawan yang bekerja di kios CC 62, 93, 102 Pasar Klewer milik pedagang asal
Wedi, Klaten, Hj. Sriyani. “Maaf, yang punya kios tidak di sini. Kami hanya
karyawannya,” kata Atun.
Atun dan Datiyah tak biasa parkir di Alut. Setiap hari
lokasi berjualan mereka pindah-pindah. Selain di Alut, mereka sering mangkal di
area parkir sisi utara depan Masjid Agung. Mereka kerepotan mencari tempat
parkir yang strategis untuk menjajakan dagangan. Mereka terpaksa jemput bola
mencari pelanggan secara bergantian agar barang dagangan majikan mereka laku.
“Kalau mau parkir di depan masjid harus antre sejak pukul
21.00 WIB. Kami pernah masuk pukul 3.30 WIB dinihari. Area parkir itu sudah
penuh. Untuk masuk ke sana [area parkir] harus sik-sikan [adu cepat]. Mobil-mobil di sana sudah dijaga sopir atau
penjaga lainnya hingga tiba pagi,” ujar Atun.
Juragan Atun juga menyewa kios di Pusat Grosir Solo (PGS).
Kios di pasar itu digunakan untuk gudang. Para pelanggannya enggan datang ke
PGS. “Pelanggan di sekitar Alut saja kadang tidak mau mendekat. Apalagi di PGS.
Kami harus mengejar para pelanggan dengan membawa nota kosong. Kalau enggak
begitu ya tidak laku,” ujar dia.
Para pedagang ditarik retribusi parkir Rp20.000/hari per
mobil. Tarif parkir itu berlaku di Alut dan area parkir depan Masjid Agung.
Padahal tarif parkir sebelum musibah kebakaran Pasar Klewer hanya Rp5.000/hari
per mobil.
Area parkir depan masjid paling diminati pedagang. Mereka
berebut tempat sejak pukul 22.00 WIB. Puluhan pedagang bermobil berjejal di
tempat itu. Jarak antarmobil cukup sempit, tidak bisa untuk bersimpangan dua
orang. Hujan yang menguyur Solo membuat banyak genangan air. Mereka hanya
berteduh di bawah payung atau tenda kecil saat hujan. “Kalau hujan ya
kehujanan. Kalau panas ya kepanasan,” keluh Endah, pemilik kios L-5 Pasar
Klewer.
Para pedagang di lokasi itu harus mengeluarkan tambahan
retribusi Rp2.000/ hari untuk petugas kebersihan. Pedagang masih merogoh kocek
mereka lagi untuk tip penjaga keamanan mobil pedagang yang parkir sejak pukul
22.00 WIB. Tip itu disesuaikan dengan lokasi parkirnya. Semakin dekat ke jalan,
nilai tipnya semakin besar.
“Nilai tipnya bervariasi, tergatung kerelaan pedagang. Tip
keamanan itu minimal Rp10.000/malam. Kami biasa antre sejak pukul 21.00 WIB.
Yang penting mobil bisa masuk dulu. Kemudian ditinggal pulang. Baru datang lagi
pada waktu Subuh,” kata Adi, pemilik kios CC-50 Pasar Klewer.
Banyak pedagang seperti Adi di lokasi parkir itu. Mereka
mengeluh dengan pengelolaan parkir. Mereka iri dengan pengelola parkir di
lokasi sisi selatan. Sebanyak 90-an pedagang yang jualan di area parkir selatan
depan Masjid Agung. Jumlah dan pedagangnya tetap, tidak pernah berubah. Tarif
parkirnya hanya lebih mahal Rp6.000/hari per mobil.
“Saya dulu mau masuk ke tempat parkir selatan, tapi tidak
boleh. Pedagang di sana sudah mendapat nomor tetap. Kalau di sini [area parkir
utara] tidak tetap. Kadang pedagang luar kota masuk juga di parkir ini. Kami
tak berani menegur. Yang penting bisa berjualan,” ucap Andre, pemilik kios BB
36 Pasar Klewer.
Andre menginginkan pengelolaan parkir sisi utara
diorganisasi seperti sisi selatan. Dia merasa berusaha sendiri. Himpunan
pedagang dianggap Andre belum sepenuhnya bisa mengatur pedagang di area parkir
utara.
Wakil Ketua DPRD Solo, Umar Hasyim, heran dengan pengelolaan
tempat parkir yang berbeda. Umar tak bisa berbuat banyak. Dia berharap
pengelolaan tempat parkir bisa fair dan tidak perlu ada pembatasan pedagang
tertentu. “Lokasi yang terbatas dengan jumlah pedagang yang banyak membuat
banyak pedagang iri. Siapa cepat mereka yang dapat, itu lebih fair. Saya kira
biarkan berjalan alami saja,” tutur dia.
Dia menyarankan para pedagang bersabar menunggu proses
pembangunan pasar sementara. Umar meminta pedagang percaya kepada Pemkot Solo
yang berusaha maksimal mempercepat pembangunan pasar sementara, sekaligus
segera membuka kios Pasar Klewer timur. “Besok [hari ini], kami akan ke Jakarta
untuk konsultasi terkait aturan dalam penggunaan APBD dalam kondisi darurat.
Semoga masalah pedagang bisa cepat selesai,” harapnya.